Kami menyajikan informasi seputar Giligenting secara lengkap

Pondok Pesantren An-Nur merupakan Pesantren Ideal di Pulau Giligenting


Berawal dari sejarah berdirinya pesantren An-Nur dimana pada tahun 1940 sampai 1990, lahir Seorang kyai berpangkat WaliyuAlla, Beliau sangat antosias dalam menyebarkan agama Islam di pulau Giligenting khususnya dimana pada masa itu masyarakat setempat masih minin pengetahuan tentang agama, juga masih banyak yang berpegang teguh pada kepercayaan nenek moyang, dengan kesabaran juga ke uletannya, Beliau tiada henti  berdakwah untuk kemaslahatan ummat.
Secarah silsilah Kyai Hasanuddin masih mumpunyi garis keturunan dari Kyai barambang juga keturunan dari Sayyid Ahmad Baidlawi Pangeran Katandur cucu sunan Kudus yang juga merupakan keturunan Raden Ali Rahmatulllah Sunan Ampel, Beliau dikenal sebagai kyai yang Alim, Mukhayafah, Tawadhu', bersahaja serta sangat bermasyarakat. Bagi Beliau, Tiada hari tanpa silaturrahmi. Dengan jalan itulah, jalinan silaturrahmi yang Istiqamah dan Ikhlas, menjadikannya begitu akrab dengan masyarakat, Beliau Mengajarkan Islam dari hati ke hati, membimbing satu persatu, dan memberikan berbagai suri tauladan nyata sehari-hari bagi masyarakat. 
Satu hal yang menjadi ciri khasnya dalam berdakwah, Beliau tidak langsung mengubah tatanan yang telah berurat nadi dalam tradisi sosial dan keberagamaan masyarakat secara radikal dan tergesa-gesa, tapi secara perlahan,  menyesuaikan dengan kebudayaan dan tradisi masyarakat yang dipoles dengan tradisi dan ajaran islam, persis sebagaimana yang menjadi kunci keberhasilan dakwah Wali Songo di Tanah Jawa. Sehingga wajar jika ritual keagamaan di Kecamatan Giligenting dan sekitarnya sampai sekarang masih kental dengan ajaran animisme dan dinamisme.
Selang beberapa tahun, untuk kemajuan dakwahnya, Beliau membangun Pondok Pesantren An-Nur.  Yang menjadi satu-satunya Pondok Pesantren besar sampai sekarang. Santri-santrinya tidak hanya dari Giligenting sendiri tetapi juga dari luar pulau.
Pada Tahun 1990 setelah sepeninngaan  Kyai Hasanuddin perjuangan Beliau di gantikan oleh putra Sulungnya, yaitu Kyai Moh Ramli Hasan. Di bawah kepemimpinannya, kegiatan pondok pesantren semakin berkembangkan. Tidak hanya berputar pada kegiatan pengajian kitab saja, akan tetapi Program Pendidikan Madrasah Diniyah pun mulai dibangunnya.
Seiring dengan kemajuan zaman dimana dinamika pesantren harus mengikuti arus Globalisasi agar tetep berdiri axis  tidak gulung tikar. di samping itu juga yang menjadi tuntutan, harapan dan kebutuhan masyarakat terhadap adanya pendidikan formal yang berbasis pesantren,  Beliau ahirnya mendirikan Madrasah Tsanawiyah MTs Al-Hasan, yang diambil dari nama ayahandanya Kyai Hasanuddin.  Dan baru di resmikan pada 17 Juli 1995.
Sebagai lembaga payung terhadap eksistensi madrasah yang diketuai langsung oleh Kyai Ramli, maka dibentuklah Yayasan Al-Hasan (YASHA). Sejak berdiri sampai sekarang, MTs Al-Hasan telah dua kali pindah ruang belajar,  yang pertama di sebelah selatan Mesjid Sabilal Muhtadien dan sekarang  menempati Gedung Baru berlantai II di Jalan Raya Sumber-Gedugan.
Mulai Sejak berdiri pada tahun 1995 sampai dengan 2010, tercatat MTs Al-Hasan telah menghasilkan lulusan sebanyak 970 siswa. Dimana Sebagian besar lulusan Madrasah tersebut tersebar di beberapa Sekolah Unggulan dan pondok pesantren serta profesi lainnya. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan madrasah baik dari segi kuantitas siswa dan kualitas penyelenggaraan program pendidikan, maka pada tahun 2000 MTs Al-Hasan memperoleh akreditasi dengan status DIAKUI oleh Kanwil Departemen Agama Propinsi Jawa Timur, dan pada tahun 2006 terakreditasi kembali dengan peringkat B (baik).
Sebagai dukungan terhadap program pendidikan menengah (pendidikan 12 tahun) yang dicanangkan Pemerintah, Kyai Ramli mulai membangun Madrasah Aliah An-Nur, Nama An-Nur ini diambil dari nama Pondok Pesantren An-Nur itu sendiri,
Pada tanggal 20 Oktober 2008 keluarlah idzin operasional madrasah dari Kantor Kementerian Agama Wilayah Provinsi Jawa Timur dengan status terdaftar, yang kemudian diperbaharui kembali pada bulan Juli tahun 2010 berdasarkan Keputusan Kepala Kantor kementrian Agama Wilayah provinsi jawa Timur Nomor. Kw. 13.4/4/PP.00.6/1022/2010.
Dari situlah perkembangan MTS dan MA di mulai hingga menjadi maju seperti sekarang ini, jadi petut kiranya dan tidak ada salahnya bagi masyarakat Giligenting khususnya dan luar pulau umumnya, untuk memondokan putra putrinya di pesantren AN-nur, karena dipesantren ini kita tidak hanya di ajari tentang pengetahuan agama tapi juga di ajari arti hidup yang sesungguhnya, lain dari itu pesantren ini juga sudah menydiakan sekolah formal yaitu MTS serta MA, hal inilah yang menjadikan satu -satunya pesantren ideal di pulau Giligenting,  karena dalam sistem pengajarannya memedukan antara sistem pengajaran pesantren dan sistem pengajaran madrasah yang sangat cocok dan singron dengan kurikulum sekarang,
Ketika kita ingin menimba ilmu, maka kita tidak boleh membeda bedakan antara pesantren satu dan  pesantren lainya, karena sejatinya semua pesantren itu sama saja. sama-sama mengajarkan tentang Islam, yang mana Islam itu sendri bertujuan menyelamatkan orang di sekitar kita, semua kembali lagi kepada niat kita, sebagai orang tua kita harus bisa memilih dan memilah mana yang baik dan yang terbaik untuk putra putri kita, jangan hanya karena lata, gengsi yang didahulukan, ahirnya bukan ilmu yang di dapat melainkan hanya penyesalan yang menjerumuskan anak-anak kita, dan menghancurkan generasi muda penerus bangsa.
Marilah kita membisaakan diri untuk cinta Ilmu,Ilmu dan Ilmu.




Back To Top